MIMPI vs EGOISME.
Telah 4 tahun berlalu, hasrat itu muncul. Setelah diri ini mendengarkan hikayat orang yang pertama-tama bergabung dengannya.
Mereka bercerita tentang negeri yang dimana kesenjangan untuk menikmati pendidikan begitu tinggi.
Mereka bercerita tentang bagian bumi yang katanya sudah berdikari, tapi listrik pun belum sampai ke seluruh penjuru negeri.
4 tahun lalu cerita itu memancing hasrat diri yang kemudian memunculkan mimpi. Ingin rasanya ikut terjun dalam pergerakan yang dirintis. Ingin rasanya diri ini turut menjadi abdi.
Tekad dibulatkan. Diri dipersiapkan. Mental dimatangkan.
Namun, ketika mendapat bisikkan tentang bagaimana keadaan lingkungan sekitar diri. Tersadar mungkin sebagian besar hasrat itu adalah karena egoisme pribadi yang ingin sekali diakui keberadaan dirinya oleh banyak insan negeri.
Apalah arti terjun ke mengakar rumput jikalau diri ini sebenarnya masih hanya ilalang yang sedikit lebih meninggi?
Apalah arti hasrat menjadi abdi di penjuru negeri jikalau itu dengan cara abaikan keluarga dan lingkungan sekitar? Padahal mereka lah yang seharusnya pertama-tama abdikan dan kontribusikan oleh diri ini?
Apalah arti mimpi jikalau ia mungkin akan lebih banyak membikin susah mereka yang selalu mendampingi? Padahal baru secuil diri ini memberi?
Mimpi. Ia seharusnya membuat semakin taat kepada-Nya, meninggikan derajat diri dan keluarga di hadapan-Nya, serta memberi manfaat maksimal kepada lingkungan terdekat sebagai yang pertama-tama.
Tertutur kata maaf, karena cara menyalurkan hasrat ini harus diredam, meskipun semangat nya tetap terus digenggam.
Tertutur kata maaf, karena mungkin saat ini bergabung dengannya bukanlah cara terbaik yang harus dilalui diri ini jika ingin berkontribusi bagi penduduk negeri.
Tertutur kata maaf, untuk mereka yang selama ini mendukung dan siap menjadi tameng dalam setiap tahapan proses yang diikuti.
Bumi ini milik-Nya. Ia hamparkan berbagai cara dan pilihan agar setiap insan dapat memberikan manfaat bagi sesamanya. Serta menjadi sosok pribadi terbaik di hadapan-Nya.
Diri ini yakin, bahwa keadaan saat ini adalah juga bagian dari rencana-Nya. Maka ia akan berikan jalan agar kebaikan dari hasrat itu tetap tersalurkan pada saatnya.
Terima kasih karena selama ini telah memberi inspirasi. Terima kasih atas semangat yang dibagi.
Semoga suatu saat nanti Ia tunjukkan cara lain agar diri ini dapat berbagi dan memberikan kontribusi untuk gerakkan ini.
Terima kasih, Indonesia Mengajar.