MOVE FROM INDIVIDUAL CONTRIBUTOR TO TEAM LEADER

Posted: July 24, 2023 in Cerita Motivasi

MOVE FROM INDIVIDUAL CONTRIBUTOR TO TEAM LEADER
(Bagaimana menjadi team leader yang mampu mencapai objective dengan tetap memotivasi teamnya?)


Pagi itu, seorang teman saya, Tika, Marketing Director di sebuah perusahaan Eropa di Jakarta menelpon.
Tika bercerita,”Pam, aku perlu advice nih …”
“Go ahead, silahkan”
Tika bercerita tentang seorang anak buahnya, sebut saja namanya Ratna. Ratna ini pinter sekali, Master lulusan Eropa,. Hobby-nya baca buku. Semua buku habis dilahap dalam sekejap. Pengetahuan banyak.
“Tetapi Pam, sayangnya sedikit sekali programnya dia yang berhasil diimplementasikan”
“Lho, kenapa?”
“Karena communication skillsnya yang parah. Dia gak bisa mempengaruhi kolega-koleganya untuk mengimplementasikan projectnya.”
“Kalau sama anak buahnya sendiri gimana?”, tanya saya.
“Dia juga sulit berkomunikasi dengan mereka. Micro-manage bahkan kalau lagi stress bisa berteriak kasar ke anakbuahnya. Semua anak buahnya complain ke aku…”
“Lho, kenapa dipromosikan jadi Manager?”
“Kami ingin memberikan kesempatan sama dia. Sebagai individual contributor, semua KPI-nya tercapai dengan baik. Anaknya pinter, banyak knowledge. Kami beranggapan dia bisa belajar tentang komunikasi dan leadership.”
“And it’s not that easy?” tanya saya dengan meledek.
“Hahahaha, kalau gampang, ya aku gak akan tanya sama Pam lah ….”


Kasus seperti Ratna sering dijumpai. Banyak karyawan yang jagoan waktu masih kerja sendiri (individual contributor, tetapi gagal waktu jadi manager.
Artikel ini ditulis untuk menjawab phenomena itu. Agar semua dapat mengerti kemampuan apa yang diperlukan saat menjadi manager. Dan agar yang masih mahasiswa mengerti hal ini sejak dini, dapat mempersiapkan diri mereka sejak di bangku kuliah.


OK, sekarang kita bahas yaaa…
Mahasiswa (dan mahasiswi) yang lagi kuliah biasanya terkesima dengan semua pengetahuan yang anda dapatkan di bangku kuliah. Keren ya? Dan itu membuat kita begitu passionate dan terkesima. Akibatnya kita terobsesi dengan bidang expertise kita.
Waktu masuk ke pekerjaan, kita pikir kita akan langsung jagoan kerja, ternyata reality of workplace sangat berbeda. Ternyata kita juga harus banyak bergaul dengan manusia (banyak manusia, apalagi ada yang boss, ada juga senior kita). Ternyata sulit sekali memahami bagaimana mengerti manusia lain.
Dan di sinilah ternyata kita membutuhkan skills baru, social skills, understanding how human interact.
Mengapa ini penting? Karena kalau anda hanya individual contributor (kerja sendirian), maka hidup anda mungkin sederhana. Seorang supervisor atau manager akan datang ke anda dengan requirement , dan anda berkutat di depan layer computer anda untuk menyelesaikan hal itu.
Pada saat anda seorang manager….
– Anda bekerja sama secara intensive dengan anak buah anda, kolega anda, atasan anda, dan orang-orang lain yang lebih senior di perusahaan
– Anda bertanggung jawab untuk keseluruhan tentang planning, cara kerja dan apa yang akan dihasilkan oleh departemen yang anda pimpin
– Anda perlu memotivasi team member anda untuk terus menerus bekerja mencapai objective team anda

Berarti apa yang terjadi? Anda akan menghabiskan banyak waktu dengan anak buah anda, kolega anda, atasan anda, dan orang-orang lain yang lebih senior di perusahaan .
Kadang anda sibuk untuk networking dengan external, apa solusi yang paling tepat untuk team anda.
Setelah itu anda akan balik lagi ke internal perusahaan anda, untuk memastikan bahwa mereka setuju dengan solusi yang akan anda kembangkan (ingat, banyak orang akan mempunyai kepentingan yang berbeda-beda). Setelah pingpong party (bolak-balik meeting untuk menjelaskan dan mendapatkan commitment), maka sekarang anda akan mulai mengimplementasikannya.
Easy, right? Tunggu dulu.
Pada saat anda mengimplementasikan, maka anda akan mengatur anak anak buah anda, yang hampir semuanya anak-anak milenial , yang susah diatur (seperti anda 😊).
Now you see, the manager’s life is not that easy. Ya iyalah, gajinya juga lebih gede daripada staffnya kan? Mana ada gaji gede tapi kerjaannya gampang … keep dreaming! Tetapi bukan berarti gak bisa dicapai kan? You can achieve your dream, kalau tahu caranya, kalau tahu apa yang harus dipelajari, dan kalau tahu bagaimana mempelajari hal itu.

Jadi bagaimana? Di sinilah pentingnya anda untuk belajar sejak dini, apa saja yang kita mesti pelajari?
Tiga hal: Functional expertise, Leadership, Stakeholder Management. Keep reading …


a) Functional Competences : jelas ini penting, bukan berarti anda menjadi bisnis leader yang jago berinteraksi dengan orang lain, terus anda gak perlu jago dalam bidang anda lagi. Anda tetap harus menjadi expert di sini. Marketer harus tetap expert marketing. HR harus tetap expert HR …dll. Belajar sebanyak mungkin. Asah dan update ilmu anda untuk terus mengikuti perkembangan jaman. Get the international certificate untuk membuktikan kemampuan anda.

b) Leadership
Belajarlah menjadi leader sejak di kampus. Ikutlah banyak kegiatan kampus, organisasi. Tidak perlu menjadi ketua, tapi bisa juga sebagai teamwork atau team member yang berkontribusi dengan baik. Semakin banyak anda berinterasi dengan orang lain semakin bagus buat pengalaman anda.
Terutama, …
Belajarlah mendengar anak-anak buah anda sendiri.
Dengarkan, bantu mereka. Jadilah lebih sensitive, dan peka terhadap apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka butuhkan. Terus menerus perbaiki komunikasi kita, secara verbal, pilihan kata dan tone (nada) yang digunakan, agar terus memotivasi kita.
Terbukalah, terus menerus memperbaiki diri, minta feedback dari anak buah anda:
– Apa hal baik yang sudah anda lakukan saat bekerjasama dalam sebuah team (LANJUTKAN!)
– Apa hal yang masih harus anda perbaiki (DENGARKAN, PELAJARI, PERBAIKI!)
Pada saat anda menjadi leader, bagaimana anda memotivasi team anda untuk mencapai tujuan Bersama, bagaimana mengatasi conflict yang terjadi, bagaimana terus menerus membuat suasana yang positive dan productive? Baca teorinya, praktekkan, evaluasi hasilnya dan perbaiki lagi!

c) Stakeholder Management
Banyak-banyaklah bergaul dengan orang-orang yang lebih senior daripada anda Sampaikan keinginan anda untuk membantu mereka (sukarela alias voluntary). Mengertilah apa yang mereka mau, pengaruhi dengan apa yang anda bisa lakukan, jalankan sebuah project Bersama, dan evaluasi hasilnya.
Banyak-banyaklah belajar tentang “influencing skills”, bagaimana mempengaruhi orang lain.
Masalahnya untuk mempengaruhi mereka, anda juga harus mengenal mereka, berbicara dengan Bahasa yang sama, dan otomatis anda harus menguasai permasalahan bisnis mereka. Berarti anda harus mempelajari Marketing, Finance, Sales, HR dan bidang-bidang critical lainnya. Anda bisa ambil MBA, belajar sendiri, atau berteman akrab dan belajar dari mereka yang berkecimpung dalam bidang itu,.
Intinya tetap pada mengerti isi otak stakeholder anda, kemudian ditambah social skills yang membuat anda mampu mempengaruhi mereka agar tujuan bersama anda bisa tercapai. Kemampuan anda untuk mempengaruhi mereka (influencing skills ) itu harus dipelajari teorinya, dipraktekkan, evaluasi hasilnya dan perbaiki lagi, setiap hari!

Pambudi Sunarsihanto

Leave a comment