Archive for November 12, 2016

capture-10

Sekiranya memang dalam setiap fase dan tahapan penting hidup ini, Dia membuat hamba ini memulainya dengan ‘sendirian’. Teringat saat diri memulai mengenyam pendidikan formal. Dipisahkan tempat menimba ilmunya dari saudara kandung. Tanpa ada sedikit pun mengenal sesiapa yang bakal menjadi kawan.

Berlanjut ke tahap menengah pertama. Dari 9 orang instansi pendidikan dasar yang sama, Ia letakkan diri saya dalam kelas yang penuh tantangan. Berisi potensi-potensi terbaik dalam distrik, namun tetap tanpa kawan main 6 tahun sebelumnya.

Fase hidup itu berlanjut. Saat jenjang menengah atas, saya diberi kesempatan untuk menempa diri pada instansi pendidikan terbaik di dalam kota. Kembali, bahkan lebih tragis, tak satu jua pun kawan dari fase menengah pertama yang membersamai.

Berlanjut pada pendidikan tinggi. saya berkesempatan untuk berkunjung ke tanah legenda, bumi parahyangan. Sebuah kawah candradimuka terbaik negeri ini, kampus ganesha. Datang dengan status veteran, dan secara de facto masih tetap memulainya dengan sendirian.

Siklus itu kemudian ternyata berlanjut. Saat status bukan lagi mahasiswa. Saat pikiran sudah harus mendewasa. Saat raga tertuntut untuk memberi karya. Saat pemikiran ideal sudah dihadapkan langsung dengan dunia nyata.

Dia kembali tempatkan saya dalam wahana yang samasekali asing.
Dengan segilintir orang yang satu almamater, dan hanya sepasang yang punya strata yang sama.

Saya tersadar, bahwa Allah begitu Maha Memberi Pelajaran pada hamba-Nya. Dengan kondisi yang selama ini ada, saya dituntut untuk tidak bergantung dan berpengharap pada makhluk-Nya. Mengharuskan Dia dijadikan sebagai satu-satunya tempat untuk berkeluh, satu-satunya zat untuk berpengharap, dan satu-satunya Pencipta untuk berpegang.

Sejauh yang dialami, fase-fase krusial itu berhasil dilewati dengan cukup meniti, namun berakhir sejuk di hati.

Diri ini hanya berpengharap, dengan fase ini dimulai dari keadaan yang sama, merupakan pertanda baik dari-Nya. Bahwa aktivitas di depan adalah dibawah lindungan-Nya, dinaungi keberkahan-Nya, dan merupakan jalan untuk meraih surga-Nya.

c360_2016-05-30-21-52-03-2331

MIMPI vs EGOISME.

Telah 4 tahun berlalu, hasrat itu muncul. Setelah diri ini mendengarkan hikayat orang yang pertama-tama bergabung dengannya.

Mereka bercerita tentang negeri yang dimana kesenjangan untuk menikmati pendidikan begitu tinggi.

Mereka bercerita tentang bagian bumi yang katanya sudah berdikari, tapi listrik pun belum sampai ke seluruh penjuru negeri.

4 tahun lalu cerita itu memancing hasrat diri yang kemudian memunculkan mimpi. Ingin rasanya ikut terjun dalam pergerakan yang dirintis. Ingin rasanya diri ini turut menjadi abdi.

Tekad dibulatkan. Diri dipersiapkan. Mental dimatangkan.

Namun, ketika mendapat bisikkan tentang bagaimana keadaan lingkungan sekitar diri. Tersadar mungkin sebagian besar hasrat itu adalah karena egoisme pribadi yang ingin sekali diakui keberadaan dirinya oleh banyak insan negeri.

Apalah arti terjun ke mengakar rumput jikalau diri ini sebenarnya masih hanya ilalang yang sedikit lebih meninggi?

Apalah arti hasrat menjadi abdi di penjuru negeri jikalau itu dengan cara abaikan keluarga dan lingkungan sekitar? Padahal mereka lah yang seharusnya pertama-tama abdikan dan kontribusikan oleh diri ini?

Apalah arti mimpi jikalau ia mungkin akan lebih banyak membikin susah mereka yang selalu mendampingi? Padahal baru secuil diri ini memberi?

Mimpi. Ia seharusnya membuat semakin taat kepada-Nya, meninggikan derajat diri dan keluarga di hadapan-Nya, serta memberi manfaat maksimal kepada lingkungan terdekat sebagai yang pertama-tama.

Tertutur kata maaf, karena cara menyalurkan hasrat ini harus diredam, meskipun semangat nya tetap terus digenggam.

Tertutur kata maaf, karena mungkin saat ini bergabung dengannya bukanlah cara terbaik yang harus dilalui diri ini jika ingin berkontribusi bagi penduduk negeri.

Tertutur kata maaf, untuk mereka yang selama ini mendukung dan siap menjadi tameng dalam setiap tahapan proses yang diikuti.

Bumi ini milik-Nya. Ia hamparkan berbagai cara dan pilihan agar setiap insan dapat memberikan manfaat bagi sesamanya. Serta menjadi sosok pribadi terbaik di hadapan-Nya.

Diri ini yakin, bahwa keadaan saat ini adalah juga bagian dari rencana-Nya. Maka ia akan berikan jalan agar kebaikan dari hasrat itu tetap tersalurkan pada saatnya.

Terima kasih karena selama ini telah memberi inspirasi. Terima kasih atas semangat yang dibagi.

Semoga suatu saat nanti Ia tunjukkan cara lain agar diri ini dapat berbagi dan memberikan kontribusi untuk gerakkan ini.

Terima kasih, Indonesia Mengajar.

capture-8

Ada sekelompok manusia yang memadatkan usianya dengan beragam karya. Namun ada pula yang sudah merasa cukup hidup dengan aktivitas yang apa adanya. Tak penting mereka siapa. Yang penting, kita termasuk yang mana?

Ada yang mengisi hari dengan beragam kontribusi. Namun ada pula sekelompok manusia yang hidupnya hanya memperjuangkan kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita yang mana?

Ada yang memilih mengabdikan hidup jadi pahlawan, namun ada yang hanya puas jadi petepuk tangan. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Ada yang memilih hidup dengan aktif jadi pemain, namun ada pula yang sudah cukup puas di tepi lapangan kehidupan untuk jadi penonton. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Ada yang gagah memilih hidup berdiri tegak menentang ombak. Namun ada pula manusia yang lebih suka memilih hidup mengalir laksana air, slow seperti pulau, santai seperti pantai. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Ada yang hidup dengan menghemat umur melalui berbagai aktivitas produktif. Namun ada pula yang hidupnya terkungkung dengan bayangan sikap pesimis. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Ada yang ketika lahirnya, semua orang di sekitarnya tersenyum manis, dan ketika tiada semua orang sesenggukan tak kuasa menahan tangis. Namun ada pula orang yang ketika ia lahir semua orang yang di sekitarnya tersenyum manis, dan ketika tiada, senyum orang di sekitarnya ternyata semakin manis. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Ada orang yang tak rela waktunya tersita oleh beragam aktivitas biasa. Tapi ada pula manusia yang usianya tersita oleh aktivitas penuh dosa. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita termasuk yang mana?

Aku lebih memilih mati secara berarti daripada hidup tanpa arti (Corazon Aquino).

3101…

Posted: November 12, 2016 in Dunia Kuliah, Goresan Pena
Tags:

capture-7

Ruangan dalam gedung yang cukup menyejarah.
Setia menemani dan menjadi lingkungan yang menyenangkan terkadang, pulas lebih sering menerpa, lelah dirasa, dan mencekam seberapa.

Ialah yang dibawah atap itu, yang setia. Menemani diri dan menjadi saksi bagaimana diri ini berproses menjawab persoalan kehidupan di luarnya.

capture-6

“Di sini kami tempa diri.
Pribadi tangguh nan berbudi.
Kami ingin dapat berbuat.
Untuk jaya tanah airku.

Kami siap abdikan diri.
Dengan jiwa dan raga ini.
Berbuat demi negeri ini…
Agar jaya bangsaku.

Segala cipta dan karsa ini.
Adalah bara tuk berkarya.
Semangat ku kobarkan slalu.
Api jaya almamaterku.

Dengan tulus ku berikrar.
Untuk selalu berjuang.
Setia ku usung panjimu
Kibar jaya kampusku.

Sumbangsihku mungkin tak berarti.
Tapi iklash ku baktikan semua.

Dengan tulus ku berikrar.
Untuk selalu berjuang.
Setia ku usung panjimu.
Kibar jaya kampusku.
Kibar jaya ITB.”

capture-5

H-4 Ramadhan.

Aktivitas ruhiyah di tengah kemegahan mall di Kota Bandung.

Hanya sedang berusaha memenuhi adab dalam menuntut Ilmu. Mendatangi gurunda untuk meminta sesuap hikmah dan berpengharap mendapat rahmat dari-Nya.

Layaknya Imam Bukhari yang harus berkeliling jazirah untuk mencatat satu kalimat yang diucap Rasul-Nya. Tanpa lelah.

Layaknya Ali, yang saat hijrah, harus berjalan kaki. Menyusuri padang pasir antara Mekkah dan Madinah. 400 km jauhnya. Lelah dan pecah-pecah kakinya tak dirasa, demi bersama dengan Rasul-Nya tercinta.

Layaknya Salman Alfarisi, yang terus mengembara untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan ia dilahirkan di dunia. Ia menemukan jawabnya pada Muhammad Saw di negeri yang banyak ditanami pohon kurma. Dan serta menjadi salah satu sahabat yang utama.

Layaknya Musa yang tak pernah berputus asa atas rahmat-Nya. Lari sebagai buronan. Terdampar di negeri madyan. Lapar, haus, kering kerontang lambung dan tenggorokannya. Ia tidak mengemis pada manusia lainnya. Ia hanya menengadahkan tangannya ke langit. Meminta pertolongan pada Rabb-Nya.

Layaknya Hajar. Yang menyebrangi safa dan marwah. 7 kali jaraknya. Berharap menemukan sepercik air. Demi berhentinya tangisan, Ismail putranya.

Bulan penuh kerahmatan itu akan segera tiba.

Ya Rabb, pertemukanlah umat muslim negeri ini dengan Ramadhan dalam keadaan tak berputus asa atas rahmat-Mu.
Karuniakan lah kami keberlimpahan berkah atas datangnya bulan suci ini.
Karuniakan lah negeri kami ampunan dan kemakmuran atas datangnya Ramadhan ini.

capture-4

Tempat ini diberi nama PLAZA WIDYA NUSANTARA.

supaya kampus ini menjadi tempat anak bangsa menimba ilmu, belajar tentang sains,seni,dan teknologi.

supaya kampus ini menjadi tempat bertanya ,dan harus ada jawabnya.

supaya kehidupan di kampus ini membentuk watak dan kepribadian.

supaya lulusannya bukan saja menjadi pelopor pembangunan,tetapi juga pelopor persatuan dan kesatuan bangsa.

14310468_1111338555627082_6537209290935124859_o

Perkenalkan, ia adalah seorang ibunda yang dari rahimnya telah terlahir diri ini.

Usia fisik nya memang sudah 64 tahun, namun mental untuk melakukan pengabdian dan kerja dalam memenuhi tuntutan kehidupan ini masih sangat bergelora.

Ia adalah orang yang menginspirasi diri ini untuk tidak menyerah pada keadaan.
Membesarkan dan mendidik dua putra terakhirnya seorang diri, yang kala itu masih bocah hingga saat ini keduanya telah bergelar sarjana, adalah bukti tangan dingin didikannya.

Ia yang seringkali berusaha menyembunyikan keadaan sulit keluarga kepada putra bungsu nya ini agar dapat fokus untuk menuntut ilmu.

Ia yang sederhana, tak pernah berkeinginan bermewah megah pada kehidupan dunia ini meskipun kesempatan itu datang menghampiri.

Ia yang jiwa dan raga nya selalu terbuka, saat anak-anaknya datang untuk berkeluh kesah tentang kehidupan yang ada.

Ia yang menginspirasi, bahwa tujuan dan jalan hidup yang mengabaikan kehadiran Tuhan disana, akan berujung rasa kecewa.

Ah, rasanya tak cukup kolom ini untuk berkisah tentangnya.

Ah, rasanya ucapan terima kasih masih sangat tidak pantas, bahkan segala pengabdian seumur hidup diri ini tak akan cukup untuk membalas bahkan hanya setetes air susu yang telah ia berikan.

Diri ini hanya bisa bersimpuh dalam doa, semoga Allah melimpahkannya keberkahan hidup di dunia, dan membangunkan sebuah istana megah untuknya di dalam surga.

Semoga Allah berkehendak untuk memberikannya selalu karunia kesehatan agar dapat menyaksikan kisah sukses putra-putrinya.

Dan semoga Allah sudi memberikan kesempatan pada diri yang masih kotor ini, membersamainya kelak di dalam surga.

Sisa Pasukan…

Posted: November 12, 2016 in Cerita Motivasi, Dunia Kuliah, Goresan Pena
Tags: ,

yudisium-6

Sisa pasukan.

Waktu awal memutuskan melepaskan diri dari amanah di lembaga terpusat dan memilih mengorganisir di prodi, tak pernah terbayang diri ini akan bekerja sama dengan mereka.
Bahkan sempat berprasangka buruk hanya akan ada secuil orang yang mau membantu pekerjaan itu.

Namun ternyata Allah memang tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang berusaha berbuat kebaikan di dunia ini.
Terlebih ini berkaitan dengan urusan-Nya.
Ia kirimkan 12 orang lainnya untuk membantu hamba yang penuh lumpur dosa ini dalam mengelola amanah yang diberikan.
Tentu nya banyak hal yang masih kurang. Banyak hal juga yang dapat diambil pelajaran.

3 orang yang membersamai saya di foto ini adalah sisa pasukan tersebut yang, atas rencana-Nya, tertunda kelulusannya dalam mengarungi kawah candradimuka kampus ini. Beberapa yang lainnya sudah mendahului lepas status mahasiswa nya, beberapa yang lainnya masih diberi kesempatan untuk belajar lebih banyak di kampus yang melahirkan proklamator negeri ini.

Terima kasih atas kebersediaan jiwa dan raga yang diberikan.
Terima kasih karena telah mau untuk sama-sama belajar.
Semoga Allah berkehendak untuk mengabadikan kebersamaan ini hingga di surga-Nya kelak.

Selamat menjalani episode baru kehidupan dunia ini.

IMG_5279

Do’a, sebuah untaian kata pengakuan diri bahwa Dia adalah Yang Maha Kuasa atas jagat alam semesta ini.
Do’a, sebuah ungkapan pengakuan kerdil dan lemahnya diri tanpa uluran campur tangan-Nya dalam mengarungi samudera kehidupan ini.
Do’a, sebuah lantunan ucapan setitik tak berharga di alam semesta, seorang insan manusia yang menghujam langsung pada singgasana-Nya di langit.
Berdo’a lah selagi engkau mampu, karena ia menjadikan bukti bahwa kuasa-Nya mampu menembus batas ruang, waktu, dan bahkan nalar seorang manusia.